Senin, 22 Oktober 2012

HEAVEN PART 5 [[LAST PART]]


“Siapa.?”Pikir Serena. Karen saat itu gelap jadi Serena tidak terlalu jelas melihat seseorang sampapi akhirnya orang itu memecahkan kaca pintu mobil dengan sebuah palu. Serena hanya terpaku dan takut didalam mobil.
“Apa yan harus kulakukan..”pikir Serena. Dia bernafas terengah engah.
“Kau akan mati sekarang..”Ucap Penjahat itu.
Serena ketakutan. Nafasnya semakin terengah engah. Dia ingin membuka pintu mobil yang ada disebelahnya, tapi tak bisa dibuka karena ada pohon dibaliknya. Dia beranjak ke depan dan membuka pintu mobil yang berada dikursi tempat menyetir. Tidak sampai dia membuka, penjahat itu menarik tangannya. Serena mencoba melepaskan tangannya dari tarikan penjahat itu, tapi tetap saja gagal, bahkan penjahat itu menarik Serena keluar dari mobil melalui kaca pintu mobil yang dipecahkan Penjahat itu. Serena berteriak. Kaca pintu mobil yang masil menempel dipintu secara tak sengaja mengenai punggung Serena yang ditarik penjahat itu, baju belakangnya robek dan punggungnya berdarah. Dia hanya mengerang kesakitan. Serena terlempar di kumpulan semak – semak. Penjahat itu menggenggam palunya itu kuat – kuat. Bergerak memukulkan palunya kearah Serena Tapi Serena menghindar, Penjahat itu terus mengejarnya, meskipun pakaiannya robek dan punggungnya terasa perih dan terus mengeluarkan darah tapi dia tetap berlari sekuat tenaganya. Penjahat itu semakin cepat, Serena terjatuh dan penjahat itu kembali menyeretnya kedalam gedung itu. Rambut Serena yang panjang itu menjadi korban tarikan Penjahat itu. Serena hanya mengerng kesakitan ketika ditarik penjahat itu.
Sementara itu, didalam gedung lantai dua aku dan Dicky sedang mencari dimana Mela. Aku dan Dicky mendengar suara Mela sedang kesakitan. Suara – suara pukulan dan cambukan yang dilontarkan ditubuhnya. Aku melihat kearah suatu ruangan gelap.
“Kau diamlah… jangan keluarkan satu patah kata.. kita akan masuk keruangan itu”bisikku kepada Dicky.
Dicky membalasnya dengan anggukan mengerti.
Awalnya aku hanya mengintip dari kaca kecil didepan pintu itu. Ruangan sedikit gelap.. tidak terlalu jelas banyangan yang kami tangkap.
“Kau tau..? kalau kau tidak kabur kerumah itu. Kau pasti sudah menyerahkan semua harta ayahmu itu.. tapi karena kau sudah pergi kerumah itu.. aku jadi lebih cepat menikmati rumahmu.. tapi kau muncul dikeluarga yang salah… itu keluargaku..!”Bentak seorang wanita.
“Keluargaku tidak pernah mengganggu keluargamu.. tapi kenapa kau mengganggu keluargaku.. bahkan sampai membunuh.. apa kau tidak malu… kau hanya menumpang dirumah Kevin”Ucap seseorang lagi. Kurasa aku mengenali suara itu.. Mela..
“Apa maksudnya/..?”Tanya Dicky berbisik padaku.
“Diamlah sebentar.. dalam hitungan ketiga kita harus masuk kedalam.. apapun tantangannya kita harus masuk”Ucapku. Dicky mengangguk.
Tiba – tiba saja seseorang memukul punggungku dengan kayu. Aku langsung melihat kebelakangku. Penjahat itu melotot.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang..?”Tanya Dicky.
Aku mundur mendekati Dicky. Mencoba mengenali apa maksud pikirannya.. Dia memukul kearah mataku denngan kayu..
“AAaaarrrghh..!”Jeritku kesakitan sambil memegang mataku. Dicky kaget dan langsung memukuli penjahat itu, tapi belum dia memukul penjahat itu, penjahat itu memukul perutnya dengan kayu. Berkali – kali penjahat itu memukul perut Dicky, sampai akhirnya dicky terjatuh lemas di lantai. Aku langsung mencari – cari disekeliling ruangan ini.. aku melihat kayu dan akhirnya aku merangkak mengambil kayu itu, tapi penjahat itu melihatku dan memukul punggungku dengan keras dan membuatku terjatuh dilantai. Aku berdiri dan memukul wajah pnjahat itu. Terus memukulinya sampai akhirnya dia memukul kepalaku dengan kayu itu terus menerus, darah keluar dari hidungku, lalu penjahat itu memukul perutku lagi sampai mulutku keluar darah. Aku sedikit lemas, aku berdiri lagi dan memukulnya, tapi aku sudah tak kuat. Penjahat itu melemprakanku ke tembok dan  aku tersungkur.
“Teruslah berteriak..! tidak akan ada yang bisa menolongmu..!”Bentak penjahat itu. Serena hanya menangis kesakitan. Penjahat itu berbalik dan melihat – lihat sekeliling. Serena melihat botol miras di sebelahnya. Dia mengambil botol itu dan berdiri. Perlahan – lahan dia mendekati penjahat itu. Namun penjahat itu menyadari keberaadaan Serena. Ketika Penjahat itu membalikkan badan Serena langsung memukul kepala penjahat itu dengan botol kaca yang dipegangnya. Penjahat itu kesakitan. Botol kaca itu pecah dengan serpihan – serpihan lancip. Penjahat itu memukul kepala serena dengan palu namun tidak mengenainya. Serena berlari sambil memegang botol kaca yang sudah pecah itu. Tapi penjahat itu tidak kalah cepat dan menarik rambut Serena lagi. Serena langsung menusukkan Botol kaca yang berserpihan tajam itu ke perut penjahat dan akhirnya penjahat itu tergeletak. Nafas Serena kacau, dia terengah engah sambil naik kelantai dua. Dia mendengar perkelahian di tangga dari lantai dua.
Aku terus menjerit kesalitan, penjahat itu terus memukul perutku dengan kayu. Dicky memukul penjahat itu dengan kayu dari belakang berkali – kali. Dan pejahat itu beralih kepada dicky. Aku pun langsung mengambil kayu itu dan langsung memukul penjahat itu. Serena berlari dan membawa botol kaca bekas tusukan penjahat tadi. Darahnya masih keluar. Serena menarik Dicky dan menyingkirkannya dan langsung menusukkan ke penjahat itu.

“Kita masuk sekarang!”.
Kami memasuki ruangan itu. Terlihat Mela dikurung dang diikat dengan tali ditangan dan kakinya. Mulutnya dibungkam sehingga dia tak bisa berteriak. Kami bergegas melepas semua ikatan dan bungkamannya.
 “Tante..?”Dicky kaget.
Tante hanya kaget dan hanya berdiri dibelakang Mela yang dibungkamnya dengan tangan dan kakinya yang diikat.
“Kenapa kalian datang kesini..!?”
“Kenapa Tante lakuin ini..!”Tanyaku.
“Urus saja duniamu sendiri..!”Bentak Tante.
“Mela adalah dunia kami.. jadi kami harus mengurusnya..!”Sahut Serena.
“Kenapa..!”
“Kau tidak pernah tau rasanya kehilangan orang yang kau cintai..”Ucapku.
“Apa itu berarti kau mencintai mela..?”Tanya Tante. Hal itu membuat Dicky menoleh kearahku.
“Cukup!”Ucapku memukul wajah tante. Tante mengeluarkan pisaunya.
“Kau memang hebat. Cuma kau yang berani. Diabnding Dicky, kau yang paling pintar dan hebat.”Ucap Tante sambil mengarahkan pisaunya kewajahku.
“Kau akan berakhir bahagia tanpa harus membunuh orang lain”Ucapku.
Bugk..!! Dicky memukul punggu tante dengan sebuah kayu dan membuat tante berpaling kearahnya. Dicky hampir sama terkena pisaunya. Aku menarik tante dan memukulinya.
“Kevin..! Cukup..! Dia itu cewek..!”Teriak Serena sambil memegangi Mela yang terlihat babak belur. Aku melihat kearahnya. Entah kenapa.. Serena membangkitkan semangatku.
“Awas..!”Teriak Mela.
Dicky memukuli Tante.
“kau boleh membunuhku. Tapi tidak untuk saudaraku.”Ucap Dicky.
“Cukup Dicky. Kita bawa dia ke kantor polisi.”
“Kita nggak mungkin Bisa diem aja..!”
“Kau tak mengerti. Perempuan dan laki – laki itu berbeda!”
“Awas..!”Teriakku menyingkirkan Dicky Dan mendorong Tante.
Dengan Cepat tante berdiri dan menusukkan pisaunya kepadaku. Namun aku masih bisa menahan tangannya hingga aku tak terkena pisau itu.
“Kevin..!”Teriak Mela.
“Kalian pergilah..! Cepat..! sebelum berakhir sseperti aku.. cepat pergi..!!”
“Tapi..”
“Cepat Pergi..”Teriakku. mereka bertiga pun pergi.
“Aku akan kembali bersama polisi..”Ucap Dicky sambil menangis.
Tante semakin mendorongku hingga aku berjalan mundur san sampai diujung gedung. Ini tidak ada temboknya. Aku berfikir bagaimana caranya untuk keluar dari perangkap ini. Tapi sia – sia .. aku sudah tidak kuat lagi menahan dorongan dari wanita keji ini. Aku tidak tau lagi apa yang harus kulakukan. Dan ..

“Kematianku mungkin membawa tangisan oleh para saudaraku dan Mela. Tapi.. aku lega.. karena aku membiarkan orang orang yang kusayangi ini hidup dan bersama. Aku tau.. masa depanku adalah kematian.. tapi.. mati untuk orang yang kusayangi adalah pengorbanan..”

^^^

“Apa aku seburuk itu..?”
“Kenapa kau masih belagak bego’ ? itu adalah aku! Aku memang orang buruk!!”
“Aku hanya ingin memotivasimu..”
“Tapi kenapa harus sepedas itu..!! kau buatku patah semangat,. Kau tidak member jalan terbaik..! kau sudah membuatku menjadi lebih buruk!”

“Kau tidak mengerti bagaimana rasanya jika kau menghianati teman sendiri.. itu seperti dirimu..! tidak pernah mengerti semua perasaanku.. kau selalu dingin dan tidak pernah mengerti apa yang kupikirkan”
“Aku tapi apa yang kau pikirkan.. dan aku tau bagaimana rasanya menjadi dirimu.. meskipun terlihat seperti seseorang yang sedang mencari simpati orang lain, tapi aku tau tentang dirimu.. dan aku bisa merasakan semuanya”

“Menangislah.. Menangislah sebelum aku meninggal ditangan penjahat itu. Jangan sisakan air matamu saat aku akan pergi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar