Sabtu, 26 Januari 2013

Angel Ang The Purple Wings [[4]]



 EMPAT
Mela masih terpikir dengan kondisi Steve. Masih teringat dalam bayangannya tentang kejadian yang bari saja dia alami semalam. Ketika dia memeluk Steve dan kemudian punggung Steve berdarah. Sebenarnya ada apa ini..???, pikirnya. Dia bergegas merapikan seragam sekolahnya, mengambil tas dan pergi menuju kamar Steve.
“Apa kau akan masuk hari ini?”Tanya Mela saat membuka pintu kamar Steve. Melihat Steve sedang memakai seragam putihnya itu dengan melihat punggungnya itu. Dia baru menyadari, luka yang semalam hanya goresan kecil melingkar seperti kerekena api.. tapi ini berbeda. Mela melihat seperti ada dua bekas goresan memanjang kebawah yang sejajar.
“Apa kau yakin kau akan masuk sekolah..?”Tanya Mela.
“Yeah.. kenapa?”Tanya Steve sambil memakai rompi sekolah. Ketika Steve hendak mengambil tasnya Mela menyahut tas itu.
“Biar aku saja yang bawa..”Ucap Mela sambil kebingungan dan berjalan keluar kamar.
“Kenapa? Aku tidak papa..”Ucap Steve.
“Aku melihat punggungmu semakin parah.. sepulang sekolah kita harus ke dokter”Ucap Mela.
“Tidak perlu. Sepulang sekolah kau ikut aku saja kerumahku.. aku harus menemui ayahku..”Ucap Steve.
“Untuk apa?”Tanya Mela.
“Kau pikir aku tidak merindukan ayahku..?”Ucap Steve mencari alibi yang tepat.
“Hmm.. baiklah.. tapi sungguh kau tidak papa?? Biarkan aku saja yang menyetir”Ucap Mela.
“Hmm.. baiklah.. kau perempuan yang cukup tangguh juga”Ucap Steve sambil masuk kedalam mobil.
^^^
“Biar kubawa sendiri tas ku”Ucap Steve menarik tas nya.
“Tidak perlu.! Punggung mu masih sakit! Aku benci melihat orang lain terluka. Jadi diamlah!”Bentak Mela. Akhirnya Steve meng iya kan ucapan Mela. Semua murid memandangi mereka berdua. Melihat Steve yang berjalan dengan sedikit merintih sakit dan Mela yang membawa tas Steve.
“Kalian saudara kan?”Tanya Vero.
“Lantas kenapa kalian berpelukan seperti layaknya sepasang kekasih? Bukan seperti saudara?”Tanya Vero.
“Bagaimana kau mengetahuinya?”Tanya Steve.
“Kita clubbing di tempat yang sama”Ucap Vero.
“Apa kau harus mengikutiku seharian?”Tanya Steve.
“Aku menyukaimu.. dan kau! kau bilaang dia saudaramu.. kenapa kau jadi menyukainya?!”Bentak Vero.
“Sungguh aku tidak pernah menyukainya..”Ucap Mela.
“Kau tidak perlu berbohong lagi padaku..”Sahut vero setelahh menampar Mela. Semua murid bergerombol melihat kami. Steve hanya terpaku melihat Vero menampar Mela.
“Apa kau ingin kupukul lagi..?!”Ucap Vero sambil melontarkan pukulan kewajahnya. Tapi pukulan Vero terhalang oleh punggung Steve. Steve hanya merintih kecil kesakitan ketika lukanya dipukul.
“Steve…”Ucap Vero pelan. Steve berbalik arah.
“Jangan pernah melukai saudaraku”Ucap Steve dan menarik Mela pergi masuk kedalam kelas. Mendengar ucapan itu Mela merasa seperti Steve tulus mengatakannya.
“Punggungmu tidak papa?”Tanya Mela.
“Aku rasa darahnya kembali keluar”Jawab Steve. Memang.. darah keluar di lukanya yang belum sembuh itu.
“Lalu bagaimana?”Tanya Mela.
“Diamlah dan anggap tidak terjadi apa apa”Ucap Steve sambil menahan sakit.
“Tapi..”
“Sudah jangan khawatirkan aku. Menghadaplah kedepan. Sebentar lagi jam peajaran segera dimulai”Ucap Steve.
^^^
Bisa kah kau tunggu aku di sini dulu.. kunci mobilnya sebelum aku kembali. Aku tidak mau Vero datang dan memukulmu lagi”Ucap Stdve.
“Kau mau kemana?”Tanya Mela. Namun Steve tidak menjawabnya. Mela segera mengunci pintu mobil usai Steve keluar.
Steve berjalan ke belakang mobil. Setelah memastikan tidak ada siapapun yang melihatnya, dia memencet nomor ponsel Ayahnya.
“Halo?”
“Ayah.. kita harus bertemu. Tunggu aku disana.”Ucap Steve dan langsung mematikan ponsel dan langsung kembali masuk kedalam mobil. Tanpa bertanya lagi dimana Ayahnya berada dia sudah mengerti. Pasti sedang bersama Detective Chang di sebuah markas.
“Hey. Bukannya ini… apa kau sungguh sungguh ingin bertemu ayahmu?”Tanya Mela.
“Ya.. aku merindukannya”Jawab Steve.
Sesampainya di sana. Steve dan Mela langsung masuk. Melihat Detective Chang sedang meminum kopi dan duduk sambil meihat rekaman kamera sisi tv.
“Paman Chang..”Ucap Steve.
“Oh.. Hi.. Kenapa kalian kemari?”Tanya Detective Chang.
“Aku ingin bertemu ayahku sebentar. Dimana dia?”Tanya Steve.
“Dia sedang di toilet sebentar lagi datang. Duduklah”Ucap Chang. Mela dan Steve pun duduk. Selang waktu beberapa menit Ayah Steve keluar dari toilet.
“Kau lama sekali”Ucap Steve.
“Bolehkah kami berbicara sebentar.. di ruang yang tertutup?”Tanya Steve.
“Biar ayahmu yang menuntunmu”Jawab Chang.
“Kau tidak merindukanku? Seminggu tak bertemu denganku”Tanya Chang kepaada anaknya itu. Steve dan Ayahnya memasuki sebuh ruangan kosong.
“kuberitahu padamu. Aku bingung harus bercerita kepada siapa. Tapi ketika gadis itu menyentuh punggungku sayap ku ingin keluar. Aku tak mau rahasiaku terbongkar, saat aku mencoba menolak sayapku untuk keluar justru aku mulai kesakita..”Ucap Steve.
“Apa..? kau menolak sayapmu untuk keluar? Coba kulihat?”Tanya Ayah palsunya itu sambil membuka seragam Steve.
“Bagus.. sekarang sayapmu dalam bahaya.”Ucap Ayah Steve.
“Lalu aku harus bagaimana?”Tanya Steve.
“Tidak ada.. cukup jangan pernah kau keluarkan sayapmu. Dan jangan sampai dia menyentuh punggungmu lagi”Ucap Ayah palsunya itu yang sering disebut dengan Detective Seth.
“Sampai kapan?”Tanya Steve.
“Kalau kau tak mau sayapmu rusak, jangan pernah mengeluarkan sayapmu sampai benar benar sembuh total. Aku akan memasang perban. Dan ini ada obat untuk lukamu itu.”Ucap Seth sambil memberikan sebuah obat dan memperban punggung Steve.
“Hati – hati lah.. jangan sampai sayapmu keluar sampai kau benar- benar sembuh.”Ucap Seth.
“Baik aku mengerti”Ucap Steve.
“Ada lingkarang ungu.. apa ini?”Tanya Seth.
“Ituluka tersendiri. Pukulan gadis”Jawab Steve dengan tersenyum
“Dasar kau ini masih sama seperti yang dulu.. baiklah.. kau harus pergi sebelum mereka curiga”Ucap Seth.
“Hmm.. akku tau”Jawab Steve sambil keluar dari ruangan.
“Mela.. ayo pulang..”Ucap Steve.
“Hmm.. baiklah.. aku pulang dulu ayah”Ucap Mela. Steve dan Mela pun kembali pulang.
“Tadi kau bicara apa..? pasti tentang punggungmu.. terlihat dari sini kau tambak lebih besar.. pasti di perban oleh ayah mu kan?”Tanya Mela.
“Diamlah”Ucap Steve.
“Tapi.. bagaimana keadaan punggungmu? Apa sudah lebih baik?”Tanya Mela.
“Yeah.. mungkin begitu”Jawab Steve.
“Boleh ku sentuh dan melihatnya?”Tanya Mela.
“Tidak jangan!”Ucap Steve.
“Aku mengerti.. aku kan hanya bercanda..”Ucap Mela dengan tersenyum manis. Steve sendiri tidak mengerti. Dia memiliki kekuatan untuk menghilangkan luka tusuk atau luka oleh benda yng bisa membuat tubuhnya mengelurkan darah. Tapi kenapa kekuatan ini tudak bekerja pada punggungnya..? dia bisa terkena luka pisau, tapi itu akan sembuh dalam sekejap saja. Tapi kenapa punggungnya tidak bisa..??
“Kau memikirkan apa?”Tanya Mela.
“Tidak.. hanya memikirkanmu”Jawab Steve mengada – ada.
“Kau menyukaiku?”Tanya Mela.
“Kepalamu terlalu besar!”Jawab Steve dengan senyuman.
“Heeehhh,…! Dasar kau”Ucap Mela dengan candanya. Entah mengapa sang penulis merasa senang ketika mereka berdua bersama akur satu sama lain.. hmmm.. teruskan sampai begini!! #DasarPenulisGila. #Tiiiitt
^^^
Steve menguras aquarium milik Mela. Dengan bermain air dan terkadang memandangi kura – kura kecil dan lucu itu.
“Kau tak perlu menguras itu lagi”Ucap Mela.
“Kenaapa?”Tanya Steve.
“Tidak Papa.. aku hanya khawatir terhadap punggungmu”Jawab Mela.
“Apa hubungannya?”Tanya Steve.
“ayolah.. bodyguard seperti mu itu perlu sedikit refreshing,,!”Ucap Mela.
“Hmm.. baiklah.. aku mengerti maksudmu..”Ucap Steve..
“Bagus.. ganti bajumu.. ku tunggu di ruang bawah”Ucap Mela.
“Apa kita akan clubbing di tempat yang sama?”Tanya Steve.
“Cepat sekali kau mengganti pakaianmu.. kalau begitu ayo!”Ucap Mela. Mobil melaju dengan cepat.
“Apa kita bertemu lagi..?”Tanya Vero dan neng nya itu.
“Mungkin yang kutemui sekarang ini adalah iblis”Jawab Mela.
“Hey..! sejak kapan kau berani melawanku?”Tanya Vero.
“Baru saja..”Jawab Mela.
“Mel. Udah ayo masuk”Ucap Steve sambil menarik tangan Mela untuk masuk. Namun Steve melihat Vero sepeti merencanakan sesuatu. Steve menghiraukan hal itu.
^^^
“Ini sudah tengah malam..tempat ini sudah mulai sepi.. ayo kita pulang..?”Tanya Steve.
“Tunggu.. aku akan ke atas dulu..”Ucap Mela.
“Untuk apa?”Tanya Steve.
“Toilet dibawah rusak, aku akan merapikan make up ku dulu”Jawab Mela.
“Heh.. dasar perempuan.. baik lah.. ku tunggu di luar”Jawab Steve. Mela mengangguk dan menuju toilet di lantai atas. Dia  merapikan make upnya yang sudha luntur itu.
“Mempercantik diri.. supaya dia makin cinta ya”Ucap Vero.
“Kenapa kau ada disini?”Tanya Mela.
“Seharusnya aku yang Tanya padamu.. kenapa kau merebut gebetan ku!”Ucap Vero sambil menjambak rambut Mela dan menyungkurkan Mela ke lantai. Memukul in Mela terus dan terus. Mela sedikit melawan namun akhirnya tidak. Karena dia sudah tidak kuat lagi.
Sementara itu, Steve yang sudah menunggu Mela bingung di dalam mobil. Apa yang membuat Mela jadi selama ini..?, pikir Steve. Kemudian dia keluar dari mobil dan menatap keatas. Dan kembali melihan jalanan. Tampak sepi dihilatnya. Tiba – tiba saja dia mendengar suara Mela menjerit dan membuat Steve menoleh keatas.
“Mela..”, Pikirnya. Vero menlepaskan Tali yang diikatnya ditangan Mela. Membuat Mela terjun dari lantai atas itu. Steve dengan cepat dan tanpa berfikir lagi langsung merebahkan sayap berwarna ungunya itu dan menangkap Mela. Perban yang ada di punggungnya terjatuh dan darah keluar begitu saja. Mela terdiam dan kaget. Steve menghapus air mata Mela. Sementara Vero tercengang melihat semua ini. Seakan tidak percaya dengan yang ada didepan matanya. Hal ini begitu mudah untuk Steve. Begitu Steve memasukkan Mela kedalam mobil, Steve langsung menghampiri Vero dan menatap matanya. Sebuah kecupan manis di pipinya untuk membuat vero melupakan semua yang terjadi. Dan Steve menghilang.
“Apa tadi malaikat..?”pikir Vero.
“Apa yang kulakukan disini..? Aku lupa.”Ucap Vero dan kembali turun ke bar.
Steve turun perlahan dan mendekati Mela.
“Apa itu kau..? Sayapmu..”Ucap Mela.
“Kau bicara apa..? kau tak sadarkan diri.”Jawab Steve.
“Jelas sekali aku melihat kau dengan sayapmu..”Ucap Mela.
“Wajah mu babak belur. Bagaimana caraku menyampaikan kepada Detective.”Ucap Steve.
“Jangan mengelah..! kau bukan manusia kan..aku tau dan itu sudah menjadi bukti bahwa sayapmu keluar”Ucap Mela sambil menunjuuk kea rah Perban Steve yang terjatuh tadi.
“Sekarang lihatlah..! punggungmu berdarah lagi.. apa yang harus kita lakukan..!? dan.. kau.. kau siapa.. sam..”
Sebuah ciuman tipis dari Steve mendarat di bibir Mela. Membuat Mela lupa akan semuanya tentang sayap itu.
“Kenapa kau menciumku lagi.. apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau tidak menolongku..!”Bentak Mela.
“Sudah kuduga kau akan mengatakan hal itu, sudah ayo pulang, kau pasti akan di marahi Detective”Ucap Steve sambil masuk kedalam mobil. Tak sengaja dilihat oleh Mela punggung Steve yang berdarah.. Mela menangis menatap punggung Steve.
“Hey..! kenapa kau tidak masuk juga.. kenapa kau menangis..?”Tanya Steve.
“Kenapa kau tidak bilang kalau kau sudah menyelamatkanku..? aku tidak mau punggungmu terluka lagi karena diriku..”Ucap Mela. Isakan tangis Mela terdengar jelas di telinga Steve.
“Kau tak perlu mengkhawatirkanku.. itu memang tugasku sebagai bodyguard mu”Ucap Steve.
“Tapi Dion tidak pernah separah ini!”Ucap Mela.
“Sudahlah.. kau jangan menangis.. aku yakin luka ini pasti sembuh.. cepat masuk.. ayo masuk.. kita harus pulang..”Ucap Steve. Mela pun mengusap air matanya dan masuk kedalam mobil.
“Maafkan aku..”Ucap Mela.
“Untuk apa..?”Tanya Steve sambil konsentrasi menyetir mobil.
“hari ini Ayah pulang. Dan mungkin saja ayahmu ikut kesini. Karena mereka akan menginap disini. Aku tidak tau harus bagaimana.. tapi mungkin kau akan terkena hukuman”Ucap Mela.
“Kau tak perlu khawatir.. aku mengerti akan hal itu”Jawab Steve.
“Terkadang kau begitu baik sekali padaku”pikir Mela.
^^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar